Menu

Proyek Rp. 3 Milyar Diduga Asal Jadi

Yudi Susanto 3 tahun ago 0 13

curup.garudacitizen.com – Pengawasan proyek pembangunan saat ini belum efektif. “Potensi pelanggaran cukup besar”, sebagian proyek dipaksakan selesai, sehingga membuka celah untuk bermain-main dengan anggaran negara” tutur Zainal. Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada (UGM) belum lama ini.

Kendatipun telah disepakati oleh pihak-pihak terkait, namun pada pelaksanaan proyek pembangunan kerap terjadi penyimpangan. penyimpangan dari rencana awal adalah untuk memperoleh keuntungan lebih besar, atau mengikuti kemauan oknum agar kedepan-nya mendapatkan jatah proyek lagi.

Dugaan penyimpang ini terjadi pada pembangunan ruang pratik siswa (RPS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Bengkulu, yang bersumber dari dana DAK tahun 2020, pembangunan itu menelan biaya hampir 3 miliyar, pelaksanaan-nya di Swakelola.

Lokasi kegiatan tersesebut di SMKN 6 Rejang Lebong, hasil Investigasi awak media ini dilokasi pekerjaan 28/06/2020 lalu, mendapatkan pemandangan yang mempriharinkan.

Bagaimana tidak, Pada item pekerjaan pembesian diduga ada unsur kesengajaan menggunakan besi yang tidak seukuran. tampak Jelas, ukuran diameter besi yang terpasang berbeda, antara besi SLOP (Bawah) dengan besi tulangan tiang gedung.

Kemudian Pada Item Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela TAMPAK Kayu yang dignakan diduga tidak sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Karena kayu tersebut bukan kayu standar kontruksi.

Tidak hanya itu, awak media juga melihat pekerjaan asal-asalan yakni pada pekerjaan Beton Cor dan Adukan Semen, dalam pengerjaannya para pekerja tidak lagi mengacu pada Pedoman dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan. Karena terlihat dilapangan Pekerja mengaduk semen coran tidak menggunakan Ukuran perbandingan antara, Semen, Pasir, Batu Split dan Air. hal ini akan berdampak buruk pada mutu dan kualitas.

Parah-nya lagi, terlihat  bahwa tidak ada satu pekerja saat itu menggunakan peralatan Keselamatan kerja (K3 Konstruksi) seperti menggunakan Pelindung Kepala (Helm) bahkan tidak mematuhi protokol kesehatan, dan masih lagi penyimpangan yang belum kami rinci, sampai berita ini diexpose belum ada tanggapan baik dari pihak sekolah maupun dari pelaksana-nya, namun praktik itu seolah luput dari pengawasan atau memang disengaja. (toni)

Written By

Leave a Reply

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

12 + 4 =

– Advertisement –